Dunia, Ternyata Sederhana...

    Dulu aku berpikir sudah memenangi hidup
    Aku menentukan puncakku sendiri dengan mudah
    Dunia menunduk, dunia tak sanggup rubuhkanku
    Angkuhkan diri melihat sebaya merangkak pelan

    Datang saat Tuhan mencandaiku
    Semua lantak dengan misteri kuasa-Nya
    Hey, kau sudah dibudakkan dunia, kau payah
    Mungkin itu Tuhan mengatakan dengan pelan saja

    Terbalik semua berduyun pergi
    Terlihat erat tapi tetap pergi diam dan sinis
    Egoku kambinghitamkan apapun jadi sebab
    Terhenyak sadari ketidakmampuan miliki

    Tuhan, apa salahku? seperti kebanyakan
    Terus ku kirimkan berharap keajaiban langit
    Makhluk apipun kutanya penawaran, dan banyak ternyata
    Tapi manusiaku menolak, karena rasa apa beda

    Kutunggu, tetap diam, sepi semakin tenggelam
    Kakipun patah tak kuat tolak kilau dunia
    Terpincang, ku mulai mendekat dan bertanya
    Tuhan, mauMu gimana ? Jangan lama-lama...

    Nyali mengecil, kucoba bermanja dengan Tuhan
    Ku merengek kasihan, berkeluh kesah berjanji
    Tuhan tetap diam, tapi kelegaan terbuka celahnya
    Tuhan tetap saja diam, tapi kutetap tak beranjak disimpuhku

    Lalu kecil itu terbangun melihatku dan bening
    Tidak menangis, tetap bahagia karena tidak ada apa-apa
    Hey, kenapa kau seperti melecehkan rintihan malamku?
    Kusadar, hey dia tetap terlihat bahagia, kenapa?

    Tuhan ingin menyampaikannya? melaluinya?
    Kenapa? Hey nak, apa yang dititipkan Tuhan padamu?
    Dan terlintas jawaban, karena dia tidak memikirkan dunia kayaknya
    Benarkah ? Lalu ? Bagaimana? Apa ? Apakah aku sebaiknya... mengikutinya?

    Diapun terlihat semakin ajaib dan terasa keajaiban
    Yang Tuhan sisakan dikeping-keping keimanan berserakan
    Yaaa.... Ini jawabannya, aku meletakkan dunia saja sepertinya
    Udah deh Tuhan, ambil semuanya tapi jangan yang ini ya...

    Ayuk main, ayuk berlari, ayuk mengeja langkah
    Bermain dengannya, semua terasa terang tidak suram
    Tuhan malah mengembalikan sedikit tapi pasti mengalir
    Tunggu tegarku bersama-Nya menerangi caraku memandang

    Dunia terasa sangat kecil dan sederhana
    Tersenyum, kulihat penggila permata dunia
    Tertawa, kulihat banyak gila ditinggal dunia, apa aku gila juga?
    Oh Bukan ! aku sedang memahami dunia dan jebakannya

    Aku berpaling karena dunia
    Aku sombong dan tinggi hati karena dunia
    Kufurkanku dan memoles egoku kebutuhan penaklukan
    Meski aku juga tidak menikmatinya dulu, puas saja sudah bisa

    Perlahan semua terlihat pelan
    Tapi cahaya ini tetap ada mempercayaiNya
    Ternyata bahagia hanya ada di cahayaNya
    Ternyata dunia bisa dikalahkan dengan cahayaNya

    Lalu? Bagaimana dengan Surga Neraka?
    Jangan-jangan aku juga diperbudak keduanya?
    Bisakah kutolak dan kuraih dengan kemunafikan sujud?
    Pantaskah ku bersimpuh menyiasati Sanksi dan BonusNya?

    Tuhan suka mana? aku takut atau aku cinta ?
    Aku patuh atau karena aku selalu merinduiNya?
    Akhirnya kuputuskan untuk meletakkan surga neraka juga
    Dan, hey... aku mencapai kenikmatan bersamaNya

    Dan aku selalu menggantungkan hanya padaNya
    Dan aku tahu pasti Dia membukakan jalan-jalan dunia
    Aku tersenyum pahit melihat jenggot dan kain atas mata kaki
    Aku tersenyum kecut, orang bermain dengan hitungan pahala

    Tapi sudahlah, mungkin aku juga masih salah
    Mencerna simpul-simpul dunia yang mengasyikkan
    Karena Tuhan mengurus semesta dengan cara misterius
    Aku tidak peduli, selama cahaya ini tidak pergi dariku

    Dan akan kumulai menundukkan dunia kembali, saat cahaya ini sudah menjalar di semua sendi spiritualku... jangan ambil Ya Rabb...


    0 Komentar:


    Posting Komentar

    Koleksi Terbaru ARin Boutique

    Paling Banyak Di Baca