Aku menentukan puncakku sendiri dengan mudah
Dunia menunduk, dunia tak sanggup rubuhkanku
Angkuhkan diri melihat sebaya merangkak pelan
Datang saat Tuhan mencandaiku
Semua lantak dengan misteri kuasa-Nya
Hey, kau sudah dibudakkan dunia, kau payah
Mungkin itu Tuhan mengatakan dengan pelan saja
Terbalik semua berduyun pergi
Terlihat erat tapi tetap pergi diam dan sinis
Egoku kambinghitamkan apapun jadi sebab
Terhenyak sadari ketidakmampuan miliki
Tuhan, apa salahku? seperti kebanyakan
Terus ku kirimkan berharap keajaiban langit
Makhluk apipun kutanya penawaran, dan banyak ternyata
Tapi manusiaku menolak, karena rasa apa beda
Kutunggu, tetap diam, sepi semakin tenggelam
Kakipun patah tak kuat tolak kilau dunia
Terpincang, ku mulai mendekat dan bertanya
Tuhan, mauMu gimana ? Jangan lama-lama...
Nyali mengecil, kucoba bermanja dengan Tuhan
Ku merengek kasihan, berkeluh kesah berjanji
Tuhan tetap diam, tapi kelegaan terbuka celahnya
Tuhan tetap saja diam, tapi kutetap tak beranjak disimpuhku
Lalu kecil itu terbangun melihatku dan bening
Tidak menangis, tetap bahagia karena tidak ada apa-apa
Hey, kenapa kau seperti melecehkan rintihan malamku?
Kusadar, hey dia tetap terlihat bahagia, kenapa?
Tuhan ingin menyampaikannya? melaluinya?
Kenapa? Hey nak, apa yang dititipkan Tuhan padamu?
Dan terlintas jawaban, karena dia tidak memikirkan dunia kayaknya
Benarkah ? Lalu ? Bagaimana? Apa ? Apakah aku sebaiknya... mengikutinya?
Diapun terlihat semakin ajaib dan terasa keajaiban
Yang Tuhan sisakan dikeping-keping keimanan berserakan
Yaaa.... Ini jawabannya, aku meletakkan dunia saja sepertinya
Udah deh Tuhan, ambil semuanya tapi jangan yang ini ya...
Ayuk main, ayuk berlari, ayuk mengeja langkah
Bermain dengannya, semua terasa terang tidak suram
Tuhan malah mengembalikan sedikit tapi pasti mengalir
Tunggu tegarku bersama-Nya menerangi caraku memandang
Dunia terasa sangat kecil dan sederhana
Tersenyum, kulihat penggila permata dunia
Tertawa, kulihat banyak gila ditinggal dunia, apa aku gila juga?
Oh Bukan ! aku sedang memahami dunia dan jebakannya
Aku berpaling karena dunia
Aku sombong dan tinggi hati karena dunia
Kufurkanku dan memoles egoku kebutuhan penaklukan
Meski aku juga tidak menikmatinya dulu, puas saja sudah bisa
Perlahan semua terlihat pelan
Tapi cahaya ini tetap ada mempercayaiNya
Ternyata bahagia hanya ada di cahayaNya
Ternyata dunia bisa dikalahkan dengan cahayaNya
Lalu? Bagaimana dengan Surga Neraka?
Jangan-jangan aku juga diperbudak keduanya?
Bisakah kutolak dan kuraih dengan kemunafikan sujud?
Pantaskah ku bersimpuh menyiasati Sanksi dan BonusNya?
Tuhan suka mana? aku takut atau aku cinta ?
Aku patuh atau karena aku selalu merinduiNya?
Akhirnya kuputuskan untuk meletakkan surga neraka juga
Dan, hey... aku mencapai kenikmatan bersamaNya
Dan aku selalu menggantungkan hanya padaNya
Dan aku tahu pasti Dia membukakan jalan-jalan dunia
Aku tersenyum pahit melihat jenggot dan kain atas mata kaki
Aku tersenyum kecut, orang bermain dengan hitungan pahala
Tapi sudahlah, mungkin aku juga masih salah
Mencerna simpul-simpul dunia yang mengasyikkan
Karena Tuhan mengurus semesta dengan cara misterius
Aku tidak peduli, selama cahaya ini tidak pergi dariku
Dan akan kumulai menundukkan dunia kembali, saat cahaya ini sudah menjalar di semua sendi spiritualku... jangan ambil Ya Rabb...
0 Komentar:
Posting Komentar