Sengsara Membawa Nikmat

    Pernah ku lihat suatu kejadian yang sangat miris dan sangat melukai hati ini. Pukul empat sore di sebuah rumah sakit. Suasana yang lengang menjelang datangnya jam besuk petang hari itu. Di balik kamar perawatan, dimana mayoritas pasien tertatih berbenah membersihkan diri dengan air suam kuku yang disediakan rumah sakit. Akupun sekenanya membantu temanku mengelap tubuhnya yang terbaring lemah di sudut kamar yang berpenghuni empat orang. Tersentak hati ini tak kala mendengar gemuruh oleh suara omelan panjang pendek yang memerahkan telinga siapapun yang mendengarnya.
    Omelan lelaki tinggi besar itu tertuju pada istrinya yang kurus kering, tergolek ditempat tidur karena ginjalnya rusak parah. Rupanya si suami sudah tak tahan menunggui istrinya yang tak kunjung membaik setelah hampir dua minggu dirawat. Ia harus membantu istrinya BAB ditempat tidur, tiap hari pulang pergi dari rumah ke rumah sakit, waktu istirahatnya yang tak menentu, dan biaya rumah sakit yang kian membengkak.
    Tak ayal, si istri dicerca sebagai penyebab masalah karena tidak bisa menjaga kesehatan, menghabiskan uang, dan membuat suami letih. Hati ini terasa diremas melihat perempuan itu dihina sedemikian rupa di depan orang lain. Ia hanya bisa menitikkan air mata, tanpa bersuara. Beberapa hari kemudian ia meninggalkan kamar dengan langkah gemetar dan wajah pucat pasi. Suaminya memaksanya pulang.
    Mungkin ini adalah salah satu sesi hidup yang terkadang sukar kita lalui dengan tabah. Meski pada kenyataanya, ada manusia yang hidupnya sangat sulit dan mengibakan tapi mampu ia lalui dengan tersenyum. Kita juga sering mendengar orang cacat yang sukses, bukan??
    Lalu mengapa ada manusia yang 'penuh senyum' di tengah badai yang menghadangnya, ada pula yang baru 'disenggol' sedikit kesengsaraannya sudah mencaci dan meratap, seolah ia termalang di dunia??
    Tekanan dan masalah sesungguhnya mampu membentuk watak, karakter, dan pola pikir seseorang sehingga sikapnya dalam merespon masalah kelak akan berproses membentuk pola. Ada orang yang mampu bereaksi positif terhadap cobaan, walau sesekali sikap negatifnya muncul juga. Atau sebaliknya, sisi negatif dominan terlihat.
    Sikap yang otomatis muncul pada hantaman pertama cobaan adalah sikap yang paling sering dibiarkan tumbuh oleh si empunya jiwa. Sesungguhnya semua kesulitan merupakan peluang bagi jiwa kita untuk tumbuh.
    Kesulitan hidup tidak akan abadi jika kita menyadari ia adalah proses perjuangan kita untuk naik ke taraf kehidupan yang lebih tinggi. Ini yang membedakan orang yang sukses dengan orang rata-rata. Bukan kepandaian, kekuatan atau kekayaan yang dimiliki, tetapi yang membuat orang bertambah hebat adalah penyikapannya dalam menanggung penderitaan yang tak terperi dan menahan yang tak tertangguhkan.
    Semangat bertahan adalah sifat yang harus ada dalam penjelajahan pertumbuhan pribadi. Ada istilah yang mengatakan "Beristirahat atau berhenti di tengah badai salju berarti mati. Teruslah melangkah dan bergeraklah melakukan sesuatu ketika tersesat dalam badai, meskipun dalam keputusasasan".
    Proses melangkah dan melakukan hal positif di tengah badai kehidupan, merupakan hal yang luar biasa dalam hidup seseorang. Karena sesungguhnya ia bertempur bukan melawan badai dari luar, melainkan keganasan di dalam dirinya, yaitu hawa nafsu untuk tidak berlaku tabah.
    Menikmati proses perjuangan menuju keberhasilan jauh lebih indah dibanding menikmati keberhasilan itu sendiri. Ketika akhirnya sikap positif berbuah, betapa indahnya mengenang perjuangan ketabahan yang sudah lewat.


    0 Komentar:


    Posting Komentar

    Koleksi Terbaru ARin Boutique

    Paling Banyak Di Baca